Jumat, 22 Mei 2009

4 Tema Besar Tren Mode 2010

From Wanita-gaya

STANDAR baru lahir dari era dan pola pikir baru. Merangkul semua golongan, melintasi semua batas, global, namun sekaligus menggenggam erat nilai lokal.

Setelah segala carut-marut yang terjadi di seluruh dunia, bencana alam, tragedi, dan kehancuran ekonomi global, kini saatnya kita bersiap memulai suatu sikap hidup baru. Berpijak di bumi, namun sekaligus optimis. Berpandangan jauh ke depan, modern, namun sekaligus mendasari pada hakekat yang esensi.

Dina Midiani, Kepala Divisi Ekspor Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) menamakan tren mode 2010 dalam sebuah tema besar, "Universality" dengan empat kategori. Pertama, instant. Dunia maya berbaur tumpang tindih dengan realita, tertuang dalam berbagai dimensi seni dan bahkan berinteraksi dengan keseharian hidup.

Berpotongan, bergradasi, bertumpuk, berbaur namun sekaligus memberi kesan dimensi, sensual, asimetrik, dan futuristik. Motif-motif bunga, baik dalam bentuk realis, maupun virtual ditebar secara acak. "Warna yang muncul adalah warna lembut dan berkilau. Letupan warna hadir dalam sensasi dinamis, juga puitis," tutur Dina saat presentasi "Seminar Tren Mode 2010" di Jakarta Fashion & Food Festival (JFFF) 2009, Studio 5 XXI Cinema, Mal Kelapa Gading, Jakarta, baru-baru ini.

Kedua, ambivalence. Emas, perak, batu permata, dan berlian bukan lagi simbol kemewahan, namun telah digantikan oleh kesempurnaan bahan alam yang jauh dari simbol kemewahan seperti serat nanas. Kesederhanaan nan menarik perhatian ditampilkan lewat keunggulan dan kreativitas.

Terdapat permainan berbagai jenis pleats dalam berbagai ukuran, arah, dan bahan dalam bentuk simetrik maupun asimetrik. "Klasik, kuno-modern, tapi dengan finishing yang berkelas. Warna yang muncul adalah krem dan hitam," tambah Dina.

Ketiga, envisage. Filosofinya adalah kenyamanan dalam pola hidup keseharian. Tren mode yang muncul kemudian gaya kasual, seksi, dan feminin. Di sini, busana tidak hanya berfungsi sebagai penutup tubuh dan bagian dari industri, tapi juga seni.

Desain mengutamakan kenyamanan sehingga bahan yang dipakai bersifat ergonomic dan antialergi. Bahkan, penggunaan bahan tertentu yang menunjang kesehatan tubuh, terutama kulit, diutamakan. "Benar-benar mementingkan fungsi," tutur Dina.

Muncul rona warna dingin-beku dan panas-hangat sehingga menghadirkan nuansa lembut, memberikan perasaan damai, dan melegakan.

Keempat, migration. Konsep dasarnya adalah tradisi lama merasuk ke dalam budaya kekinian akibat era global dan perdagangan bebas yang meningkatkan interaksi antar suku bangsa dan berbaurnya budaya.

Dominasi tiga warna primer adalah merah yang spontan, biru yang menyatukan, dan kuning sebagai simbol emosi spiritual. Muncul penyatuan antara budaya barat dengan budaya timur dalam rancangan busana.

Lantas, adakah ketakutan dalam diri Dina Midiani bahwa tren yang diungkapkan nantinya hanyalah teori belaka? "Lapisan segmen fesyen banyak. Tiap desainer tentu punya pasarnya masing-masing. Desainer Indonesia kebanyakan memang mandiri (UKM-red). Jadi, untuk memberikan statement, mereka butuh dukungan kuat. Pada akhirnya, tren mode yang dikeluarkan banyak berkompromi dengan pasar," ungkap Dina.

Dina melihat, permasalahannya juga terletak pada belum bersatunya antara desainer dan pengusaha tekstil. Saat desainer ingin berkreasi tanpa batas dengan beragam warna, industri tekstil tak mampu menjawab tantangan tersebut. "Kesadaran akan tren masih jauh dimengerti," katanya.

Untuk itu, lanjut Dina, desainer Indonesia perlu waktu dan keberanian untuk mencoba sesuatu yang baru, juga perlu suatu ajang yang tepat, salah satunya lewat ajang "Jakarta Fashion & Food Festival". "Lama-kelamaan, pola pikir terhadap kenyamanan dan interaksi akan mengubah paradigma masing-masing," tegasnya.
(tty)
Sumber : http://lifestyle.okezone.com/read/2009/05/22/29/222238/4-tema-besar-tren-mode-2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar