Selasa, 02 Maret 2010

Fashion Paris Semakin Rapuh

SEBAGAI fashion capital, Paris memiliki nama yang besar. Bagaimana tidak dengan segala glitz dan glamor yang membungkus kota tersebut, Paris adalah surga fashion, di mana para desainer papan atas berkumpul, fashion show eksklusif dipertunjukkan, dan rumah mode mewah berbaris elegan. Namun, resesi rupanya memberi pukulan berat bagi kota mode raksasa itu. Rumah mode yang dibangun dengan tradisi, kini harus menggenjot penjualan untuk mempertahankan volume produksi, malah banyak pelaku mode yang harus gulung tikar atau meminta bantuan pemerintah agar terhindar dari kebangkrutan.

Melihat fenomena tersebut, pemerintah Paris pun mengambil tindakan. Perdana Menteri Prancis Francois Fillon memanggil stafnya dan mengadakan rapat untuk mendiskusikan bantuan bagi para pelaku mode. ”Kenyataan yang harus kami hadapi sekarang adalah bahwa sektor industri fashion Paris semakin rapuh,” ujar Fillon dalam wawancara bersama Wall Street Journal. ”Banyak pelaku mode yang bermasalah dengan pajak serta perlindungan hak cipta, karena daya beli konsumen yang menurun secara global,” sambungnya.

Dari data yang dikeluarkan Badan Statistik Nasional Prancis, saat ini Paris menjadi tuan rumah dari 115 rumah mode. Angka tersebut jauh menyusut dari 468 rumah mode pada 2000. Hal tersebut tentu berpengaruh terhadap penurunan kesempatan kerja, yang mengakibatkan banyak pelaku mode Paris kehilangan pekerjaan. Analisis statistik menyebutkan bahwa pekerja mode Paris turun hingga 80 persen menjadi 5.209 selama tujuh tahun terakhir. Kenyataan tersebut semakin diperparah dengan turunnya daya beli konsumen yang menyebabkan rumah mode harus mengencangkan ikat pinggang dan memotong ongkos produksi, yang juga berarti pengurangan jumlah karyawan.

”Dalam jangka panjang, fenomena ini akan menempatkan industri mode Paris dalam risiko besar,” ujar konsultan produk mewah Clarisse Reille, yang dikontrak Departemen Perindustrian Prancis untuk membantu meningkatkan kembali bisnis tekstil dan garmen yang turun 30 persen tahun ini.

Di antara kota-kota mode lainnya, Paris memang merupakan fashion destination terpopuler. Namun, hal tersebut tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap penjualan. Kini konsumen lebih memilih menu fast-fashion dibandingkan high-end fashion yang dulu menjadi jualan utama Paris. Sekarang produk ready-to-wear menjadi kontribusi utama pemasukan desainer, sementara couture fashion terpinggirkan dan hanya menjadi sebuah statement art of fashion.
(Koran SI/Koran SI/tty)

okezone.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar