Rabu, 01 April 2009

Wanita Lebih Berisiko Terkena Anemia

From Wanita-gaya

SIKLUS biologis membuat wanita lebih rentan terserang anemia dibandingkan pria. Sayangnya banyak wanita yang cenderung mengabaikan penyakit ini.

Anemia atau penyakit kurang darah sering dianggap sebagai penyakit yang tidak membahayakan. Biasanya dalam tahap ringan, anemia sering kali tidak menimbulkan gangguan berarti. Itu membuat penyakit ini cenderung diabaikan. Padahal, kalau dibiarkan berlarutlarut, anemia bukan saja menurunkan kualitas hidup, juga bisa membawa kematian.

Para wanita kini harus lebih waspada. Sebab, penyakit yang ditandai dengan gejala pusing ini lebih sering menyerang wanita.
Haid bulanan, proses melahirkan, dan diet berlebihan, menjadi biang keladi timbulnya anemia pada wanita. Walaupun demikian sangat disayangkan, banyak wanita menganggap enteng penyakit ini. Apalagi dalam tahap ringan.

Dari data Dinas Kesehatan Republik Indonesia tahun 1992, anemia di Indonesia masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang memengaruhi produktivitas penderitanya. Tercatat angka kematian ibu di negeri ini mencapai 390/100 ribu kelahiran hidup. Adapun data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO),20 persen dari 515.000 kematian di seluruh dunia disebabkan anemia.
Untuk menangkalnya, para wanita harus lebih banyak mengonsumsi makanan yang mengandung zat besi. "Kebutuhan dan cadangan zat besi untuk perempuan itu 1 mg/hari. Sedangkan untuk perempuan hamil mencapai 6-10 mg/hari, kebutuhan zat besi untuk ibu hamil meningkat seiring bertambahnya jumlah cairan di dalam tubuh," kata Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, RSU dr Cipto Mangunkusumo Jakarta dr Junita Indarti SpOG.

Hal lain yang membuat wanita lebih berisiko terkena anemia adalah siklus haid atau menstruasi yang tidak normal. Siklus haid atau menstruasi yang normal itu berkisar antara 22-35 hari dihitung dari hari pertama haid hingga hari pertama haid pada bulan berikutnya. "Lama menstruasi yang normal itu antara 3-7 hari. Kalau diperkirakan pembalut yang dihabiskan dalam jangka waktu itu antara 3-5 pembalut per hari atau sekitar 80 ml darah selama haid," sebut Juanita.

Menurut Juanita, siklus menstruasi yang tidak normal dan menjadi pemicu terjadinya anemia seperti hipermenorhea (haid lebih lama dan lebih banyak dari jumlah normal) atau lebih dari delapan hari. Polimenorhea atau siklus haid lebih pendek (kurang dari 21 hari) dan metrorhagia yaitu perdarahan di luar waktu haid yang bisa disebabkan kelainan organik atau kelainan fungsional.
Angka kematian ibu itu masih sangat besar.Dalam 1 jam,2 ibu meninggal akibat pendarahan, kejang, infeksi, abortus atau keguguran dan persalinan yang macet.

Anemia lanjut Junita, memberi pengaruh yang buruk terhadap wanita. Apalagi jika terjadi pada wanita yang tengah hamil. Pengaruhnya bahkan bisa menyebabkan abortus atau keguguran, kelahiran prematur, persalinan yang lama karena rahim tidak berkontraksi, perdarahan pasca-melahirkan, shock karena banyaknya darah yang keluar, infeksi pada saat persalinan atau setelahnya dan yang paling parah adalah bisa menyebabkan gagal jantung. "Gagal jantung baru akan terjadi pada seorang wanita jika Hb-nya berada pada ukuran kurang dari 4gr/dl," sebut Junita.

Senada dengan Junita, Staf Hematologi-Onkologi Medik RSU dr Cipto Mangunkusumo Dr Cosphiadi Irawan SP PD K HUM mengatakan, kalau penderita terbesar dan terbanyak adalah wanita. "Anemia adalah suatu keadaan di mana seseorang memiliki Hb atau hemoglobin kurang dari normal. Hb itu sendiri adalah bagian dari elemen tubuh manusia yang berfungsi membawa oksigen ke seluruh tubuh dan anemia tidak sama dengan tekanan darah rendah," kata Dr Cosphiadi Irawan SP PD K HUM.

Ditambahkan Cosphiadi Irawan, kadar hemoglobin darah antara laki-laki dan perempuan tidak sama. Laki-laki normal memiliki kadar 13 gr persen, sedangkan perempuan normal dan lansia memiliki 12 gr persen. Untuk perempuan hamil akan terjadi perubahan hemoglobin darah dalam trisemester kehamilan. "Tiga bulan pertama wanita memiliki Hb 11,5 gr persen, tiga bulan kedua menjadi 11 gr persen dan tiga bulan ketiga menjadi 10 gr persen. Itu karena tubuh wanita memproduksi banyak cairan untuk ketuban," sebutnya.
(Koran SI/Koran SI/tty)
Sumber : http://lifestyle.okezone.com/read/2009/04/02/27/207019/wanita-lebih-berisiko-terkena-anemia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar